JAKARTA, KOMPAS.com —
Indonesia akhirnya memiliki Hari Sastra Indonesia yang ditetapkan setiap tanggal
3 Juli. Penentuan Hari Sastra Indonesia ini mengacu pada hari lahir sastrawan
terkemuka Abdoel Moeis pada 3 Juli 1883 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Untuk
itulah, Maklumat Hari Sastra Indonesia ini akan dilaksanakan pada Minggu (24/3/2013)
di SMAN 2 Bukittinggi, yang dahulu disebut Sekolah Radja atau Kweekschool,
tempat bersemainya sastra modern Indonesia dan lahirnya sastrawan Poedjangga
Baroe.
Taufik Ismail yang merupakan salah seorang
penggagas, seperti disampaikan Panitia Kecil Persiapan Maklumat Hari Sastra
Indonesia di Jakarta, Senin (18/3/2013), mengemukakan bahwa untuk selanjutnya
Hari Sastra Indonesia akan diperingati setiap 3 Juli. "Indonesia memiliki
tradisi sastra yang luhur. Namun, kita belum mempunyai suatu hari yang disebut
Hari Sastra Indonesia untuk mengenang karya para sastrawan terkemuka yang dimiliki
bangsa ini. Generasi muda kita perlu sekali mengetahui dan membaca karya para
sastrawan kita tersebut dan karya sastrawan masa sekarang dan masa akan
datang," kata Taufik Ismail.
Abdoel Moeis yang lahir di Bukittinggi melahirkan
karya fenomenal, antara lain Salah Asuhan. Karya-karyanya yang lain
adalah Pangeran Kornel dan Surapati. Abdoel Moeis yang aktif
dalam pergerakan nasional di zaman perjuangan kemerdekaan adalah Pahlawan
Kemerdekaan Nasional Pertama, yang diberikan oleh Presiden Soekarno pada 30
Agustus 1959. Selain Abdoel Moeis, Indonesia memiliki sastrawan terkemuka.
Mereka adalah Hamzah Fansuri, Ronggowarsito, Marah Rusli, Rustam Effendi, Nur
Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisjahbana, HB Jassin, Umar Kayam, Mochtar Lubis,
Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Rosihan Anwar, Hamka, Amir Hamzah, AA
Navis, Ali Hasjmy, Asrul Sani, Rendra, Wisran Hadi, Hamid Jabbar, dan masih
banyak lagi.